Friday, April 3, 2009

Sang Nabi
Seorang Ahli Hukum menyusul bertanya:
Dan bagaimana tentang Undang-undang kita?

Dijawabnya:
Kalian senang meletakkan perundang-undangan,
Namun lebih senang lagi melakukan pelanggaran.

Bagaikan kanak-kanak yang asyik bermain di tepi pantai
Yang penuh kesungguhan menyusun pasir jadi menara
Kemudian menghancurkannya sendiri, sambil gelak tertawa ria.

Tapi, selama kau sedang sibuk menyusun menara pasirmu
Sang Laut menghantarkan lebih banyak lagi pasir ke tepi,
Dan pada ketika kau menghancurkan menara buatanmu
Sang Laut pun turut tertawa bersamamu.
Sesungguhnyalah, Samudra senantiasa ikut tertawa
Bersama mereka yang tanpa dosa.

Tapi bagaimanakah mereka,
yang menganggap kehidupan bukan sebagai samudra,
Dan melihat undang-undang buatannya sendiri,
bukan sebagai menara pasir?
Merekalah yang memandang kehidupan laksana sebungkal batu karang,
Dan undang-undang menjadi pahatnya,
untuk memberinya bentuk ukiran,
Menurut selera manusia, sesuai hasrat kemauan?

Bagaimana dia, si pincang yang membenci para penari?

Bagaimana pula kerbau yang menyukai bebannya,
Dan mencemooh kijang, menjangan, menamakannya hewan liar tiada guna?

Lalu betapa ular tua, yang tak dapat lagi menukar kulitnya,
Dan karenanya menyebut semua ular lain telanjang, tak kenal susila?

Ada lagi dia, yang paling pagi mendatangi pesta,
suatu peralatan perkawinan,
Kemudian setelah terlalu kenyang perutnya,
dengan badan letih kecapaian,
Meninggalkan keramaian dengan umpatan,
Menyatakan segala pesta sebagai pelanggaran,
Dan semua peserta pelanggar hukum belaka.

Apalah yang akan kukatakan tentang mereka,
Kecuali bahwa mereka memang berdiri di bawah sinar mentari
Namun berpaling wajah, dan punggung mereka membelakangi?

Mereka hanya melihat bayangannya sendiri,
Dan bayangan itulah menjadi undang-undangnya.

Apakah arti Sang Surya bagi mereka, selain sebuah pelempar bayangan?
Dan apakah kepatuhan hukum baginya,
Selain terbongkok dan melata di atas tanah,
Mencari dan menelusuri bayangan sendiri?

Tapi kau, yang berjalan menghadapkan wajah ke arah matahari,
Bayangan apa di atas tanah, yang dapat menahanmu?

Kau yang mengembara di atas angin,
kincir mana yang mampu memerintahkan arah perjalananmu
Hukum mana yang mengikatmu, bila kaupatahkan pikulanmu,
Tanpa memukulkannya pada pintu penjara orang lain?

Hukum apa yang kautakuti, jikalau kau menari-nari,
Tanpa kakimu tersandung belenggu orang lain?
Dan siapakah dia yang dapat menuntutmu,
Bila kau mencampakkan pakaianmu,
Tanpa melemparkannya di jalan orang lain?

Rakyat Orphalese, kalian mungkin mampu membungkam genderang,
Dan kalian dapat melonggarkan tali kecapi,
Namun katakan siapakah yang dapat menghalangi,
Burung pipit untuk bernyanyi?

Sang nabi, kahlil gibran

0 comments:

Post a Comment